SELAMAT DATANG

SEMOGA BERMANFAAT dan BERGUNA BAGI TEMAN-TEMAN SEJAWAT SEKALIAN

SALAM HANGAT dan MAJULAH KEPERAWATAN INDONESIA

MEMBANGUN DARI HATI UNTUK BANGSA

Sabtu, 23 Juni 2012

MANAJEMEN KEPERAWATAN

METODE PRAKTIK  KEPERAWATAN PROFESIONAL

Proses Profesionalisme keperawatan di Indonesia
(Lokakarya Keperawatan Nasional 1983)



 Profesionalisme dalam asuhan keperawatan
(UU Perlindungan konsumen (1999), UU 1992)

 



Upaya-upaya untuk meningkatkan mutu Asuhan keperawatan

Dikembangkan MPKP Di Indonesia

PENGERTIAN
Model Praktek Keperawaan Profesional ( MPKP) adalah suatu sistem (Struktur, Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart&Woods, 1996 dalam Sitorus,2005)
PELAKSANAAN
Lima Komponen MPKP
  1. Nilai-nilai profesional
                        Perawat                              Pasien
                 
                                      “Caring Relation Ship”

                                    Nilai-nilai Profesional

2.      Pendekatan manajemen
            Penekanan pada manajemen sumber daya manusia
3.      Metode pemberian asuhan keperawatan
modifikasi metoda keperawatan primer
Kepala Ruangan


                         PP 1                                         PP 2                                         PP 3     
           
Pagi          
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP).
“MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut,” jelas Linda. Saat ini, praktik pelayanan keperawatan di banyak rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas.
Dengan pengembangan MPKP, diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan. Dalam hal ini, RSCM bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Mengingat keterbatasan jumlah dan pendidikan sumber daya perawat di Indonesia- mayoritas tenaga keperawatan masih lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)-praktik keperawatan profesional tidak bisa seperti yang dilakukan di negara maju. Yang dilakukan adalah modifikasi keperawatan primer.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan didasarkan jumlah klien/pasien dan derajat ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah perawat primer (PP) yang lulusan S1 keperawatan, perawat asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan, serta SPK. Tenaga lain adalah pembantu keperawatan. Mereka berada dalam satuan tim yang dibimbing dan diarahkan oleh Clinical Care Manager (CCM) yang merupakan magister spesialis keperawatan.
Tindakan yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP, karena bentuk tindakan lebih pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian klien yang perlu landasan konsep dan teori tinggi. PP melakukan pertemuan dengan anggota tim kesehatan lain terutama dokter. PP juga mengarahkan dan membimbing perawat lain serta bertanggung jawab atas semua asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim pada sekelompok klien. Tugas PP dibantu PA.
Tugas membersihkan meja klien, menyediakan dan membersihkan peralatan yang digunakan, mengantar klien konsul atau membawa pispot ke dan dari klien dilakukan oleh pembantu keperawatan. Asuhan keperawatan dilakukan berdasar standar rencana keperawatan yang ada. Ketua tim (PP) melakukan validasi terhadap diagnosis keperawatan klien berdasarkan pengkajian yang dilakukan.
Standar rencana keperawatan yang sudah dikembangkan adalah untuk gangguan sistem pernapasan (tuberkulosis paru, penyakit paru obstruktif kronik), gangguan sistem pencernaan (sirosis hati), gangguan sistem kardiovaskuler (gagal jantung, hipertensi), gangguan sistem perkemihan (gagal ginjal, glomerulonefritis) dan gangguan sistem imun (AIDS).
Secara kualitatif, PP ada kebanggaan profesional karena ada otonomi dan kesempatan mengobservasi perkembangan klien secara berkesinambungan dan PA dapat bekerja lebih terencana. Dokter merasa ada kerja sama yang lebih baik dibanding ruang lain yang tidak menerapkan MPKP. Kepuasan klien dan keluarga lebih baik. Angka infeksi nosokomial (infeksi yang ditularkan di rumah sakit) menurun. Juga dimulai kegiatan riset keperawatan di tingkat ruang rawat.
Pengertian model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori keperawatan.Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP).

TUJUAN MODEL KEPERAWATAN

1.      Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2.      Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh   tim keperawata.
3.      Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4.      Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5.      Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMER(PHC)

Dalam penilainan tahunannya tentang kesehatan dunia, para delegasi yang menghadiri pertemuan ke 28 World Health Assembly di Geneva telah memutuskan bahwa situasi global sekarang ini tidak sehat. Sejumlah contoh dari berbagai belahan dunia telah meyakinkan mereka bahwa penggunaan suatu pendekatan yang disebut PHC, dapat berkontribusi sangat besar dalam membebaskan seluruh masyarakat dari penderitaan yang terabaikan, nyeri, ketidakmampuan dan kematian. Masyarakat global dapat terjamin, banyak beban berat dari berbagai penderitaan dan kematian yang tidak diinginkan oleh jutaan orang diseluruh dunia dapat dicegah melalui penerapan konsep PHC (Bryant,1969;Newell,1975).


Metode Keperawatan Primer

Metode ini pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Lydia Hall (1963) ini merupakan sistem dimana seorang perawat bertanggung jawab selama 24 Jam sehari, 7 hari per minggu,ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektivitasan perawatan. Sementara perawat yang lain menjalankan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasi perawatan dan menginformasikan tentang kesehatan pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Keperawatan Primer melibatkan semua aspek peran profesional, termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan, dan kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manager garis terdepan bagi perawatan pasien dengan segala akuntabilatas dan tanggung jawab yang menyertainya.
Perawat primer dan perawat asosiat dalam MPKP (metode primary team) yang dilaksanakan di ruangan.

Peran Kepala Ruang
ΓΌ  Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawatan primer
ΓΌ   Orientasi dan merencanakan karyawan baru
ΓΌ   Menyusun jadual dinas
ΓΌ   Memberi penugasan pada perawat asisten/asosiat (PA)
ΓΌ   Evaluasi kerja
ΓΌ   Merencanakan /menyelenggarakan pengembangan staf

Peran Perawat Primer
·          Menerima pasien
·         Mengkaji kebutuhan pasien untuk asuhan
·          Membuat tujuan
·          Membuat rencana keperawatan
·          Melakukan konferens untuk menjelaskan rencana asuhan kepada PA yang menjadi anggota timnya.
·          Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas bersama PA yang menjadi anggota timnya.
·          Melakukan kolaborasi dengan t9im kesehatan lainnya.
·          Memantau PA dalam melaksanakan rencana asuhan keperawatan.
·          Mengkoordinasi pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
·          Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
·          Menerima dan menyesuaikan rencana
·          Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
·          Melakukan pendokumentasian (catatan perkembangan, catatan tindakan keperawatan)

PENUTUP
       Pelayanan keperawatan professional adalah pemberian asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan. Metode penugasan yang memungkinkan terlaksananya asuhan keperawatan secara professional diantaranya adalah metode Tim dan metode Perawat Primer. Mengingat metode perawatan primer diperlukan perawat yang mempunyai kompetensi yang tinggi (tingkat spesialis) dan jumlah yang cukup, sementara di Indonesia (utamanya RSCM) belum ada maka dalam MPKP digunakan metode PN dimodifikasi dengan pendekatan Tim (Primary team). Dalam pengorganisasiannya agar tujuan pelayanan keperawatan dapat tercapai dibutuhkan uraian tugas, tanggung jawab dan peran yang jelas dari masing-masing klasifikasi tenaga perawat yang ada yaitu sebagai kepala ruang, ketua tim, dan pelaksana (metode Tim) dan Kepala ruang, perawat primer dan perawat asosiat (MPKP).

Referensi:
1.       Gillies, (1989), Nursing managament a system approach, 2nd edition, W.B. Saunders: Philadelphia
2.        Marquis, Huston, (2000), Leadership roles and management functions in nursing theory & application, 3rd edition, Lippincott Williams & Wilkins:Philadelphia.
3.        Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus, (2000), Metode asuhan keperawatan, makalah dipresentasikan dalam lokakarya manajemen bidang keperawatan tgl. 1 mei – 11 mei, Jakarta.
4.        Ratna Sitorus (makalah), 2000, Pengembangan model praktik keperawatan professional (MPKP) sebagai suatu upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan di rumah sakit, tidak dipublikasikan.
















outline  tugas  MPKP
BAB I  PENDAHULUNAN
A.    LATAR BELAKANG
B.    TUJUAN PENULISAN
C.    SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II  TINJAUAN TEORITIS
A.    PENGERTIAN MAKP
B.    JENIS MAKP
1.    FUNGSIONAL
2.    KASUS
3.    TIM
4.    PRIMER
5.    MPKP
C.    MPKP
1.    PENGERTIAN MPKP
2.    SEJARAH MPKP
3.    TINGKATAN MPKP
4.    PENGEMBANGAN DAN STRUKTUR ORGANISASI MPKP
a.       Pengembangan
b.      Struktur organisasi
c.       Job description masing-masing  peran
5.    RENCANA IMPLEMENTASI MPKP
a.       MENGHITUNG JUMLAH TENAGA
b.      MENENTUKAN JENIS TENAGA
c.       MENENTUKAN STANDAR RENCANA KEPEERAWATAN

6.    KEGIATAN DALAM MPKP                
a.       Timbang terima
b.      Preconference
c.       Postconference
d.      Ronde keperawatan
e.      Case studi
BAB III . sKENARIO ROLE PLAY  MPKP
BAB IV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

BUKU N
ONLINE   PDF

MANAJEMEN KEPERAWATAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RAPAT
BERDASARKAN TIPE KEPEMIMPINAN


A.   DEFINISI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

                Pengambilan Keputusan Merupakan Salah Satu Bentuk dari Aspek Kepemimpinan dan Manajerial
                     Dalam Pengambilan Keputusan Seorang Pemimpin atau manajer harus didukung oleh sejumlah data
      Diperlukan Masukan dari berbagai pihak yang berhubungan dengan mekanisme pengambilan keputusan

Menurut Davis, keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan.
Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapiny.
Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu diikuti pula dengan pengertian tentang ‘pengambilan keputusan’ (decision making). Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan. Misalnya saja Terry, ia memberikan definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan alternartif perilaku dari dua alternatif atau lebih. Tetapi juga dikatakan bahwa pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-aternatif yang dimungkinkan.
Menurut Siagian, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari pengertian-pengertian tentang pengambilan keputusan dapat ditarik kesimpulan, bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya terlebih dulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif-alternatif yang disajikan.


B.   TUJUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1.  Tujuan Pengambilan keputusan itu bersifat tunggal, dalam arti bahwa sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.
2.     Tujuan Pengambilan keputusan berifat ganda, dalam arti bahwa satu keputusan yang diambilnya itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih yang sifatnya kontradiktif ataupun tidak kontradiktif.


C.   HAKIKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan merupakan pemilihan diantara beberapa alternatif pemecahan masalah. Pada hakikatnya keputusan itu diambil jika pimpinan menghadapi masalah atau untuk mencegah timbulnya masalah dalam organisasi. Oleh karena itu, informasi yang lengkap, terpercaya, dan aktual sangat dibutuhkan dalam rangka pengambilan keputusan.
Dalam memecahkan masalah, Wallas menyarankan 4 tingkatan pemikiran kreatif :
1. Tahap persiapan : meliputi proses perumusan masalah, menganalisa, mengumpulkan informasi yang relevan dan membuat beberapa alternatif pemecahan disertai konsekuensi masing-masing
2.     Tahap iluminasi : bila tahap persiapan tidak menemukan pemecahannya. Tahap ini untuk menenangkan pikiran dan perasaan.
3.     Tahan inkubasi : tahap peralihan antara tahap persiapan dan iluminasi
4. Tahap verifikasi : memeriksa kembali permasalahannya untuk dipecahkan kembali


D.   FAKTOR-FAKTOR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1.     Keadaan intern organisasi
Meliputi dana yang tersedia, kemampuan tim medis, kelengkapan dari peralatan, struktur organisasi, tersedianya informasi yang dibutuhkan pimpinan, dsb.
2.     Tersedianya informasi yang diperlukan
Informasi yang diperlukan harus lengkap sesuai kebutuhan, terpercaya kebenarannya, dan masih aktual. Berdasarkan informasi inilah pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan baik.
3.     Keadaan ekstern organisasi
Meliputi keadaan ekonomi, sosial, politik, hukum, budaya, dsb.
4.     Kepribadian dan kecakapan pengambilan keputusan
Meliputi penilaiannya, kebutuhannya, tingkat inteligensinya, kapasitasnya, keterampilannya, dsb.

E.    Tipe pengambilan keputusan (pimpinan) yang dikaitkan dengan macam keputusannya dibedakan :

1.     Tipe Ketergantungan ( The defensive or receptive type)
Berarti ia tidak mempunyai pendirian yang tegas. Ketidaktegasan ini akibat dari kurang cakapnya dan kurang menguasai masalah yang harus diputuskan. Ia memandang justru orang lain atau bawahan itulah yang lebih cakap dan lebih mampu. Dengan demikian ia sangat tergantung dari bawahannya atau oranfg lain. Kalau mau mereka dapat saja memperalat pimpinan untuk kepentingan bawahan atau orang lain itu.

2.     Tipe Eksploitatif ( The exploitative or aggresive type)
Pengambilan keputusan mengeksploitasi orang lain atau bawahan untuk kepentingannya sendiri. Sebenarnya ide keputusan itu berasal dari bawahan, karena pengambil keputusan tidak mampu. Namun kemudian ia mengatakan kepada pihak lain bahwa itu semua adalah idenya.

3.     Tipe tabungan ( The hoarding type)
Pengambil keputusan cenderung untuk ‘menabung’ idenya kepentingan dirinya untuk memperkuat posisinya dan wibawanya dalam organisasi. Ia tidak mau membeberkan dan membagi (sharing) kepandaiannya kepada orang lain.

4.     Tipe Pemasaran ( The marketing type)
Pegambil keputusan ‘menjual’ atau memamerkan idenya atau keputusannya dengan maksud agar dipuji oleh pihak lain atau bawahannya sebagai pimpinan yang berwibawa.

5.     Tipe Produktif ( The productive type)
Pengambil keputusan memang memiliki kemampuan, baik pengetahuan maupun keterampilan, dan pandangan jauh kedepan. Ia sangat perduli dan dapat bekerja sama dengan bawahan, penuh inisiatif serta kreatif

Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambila keputusan menurut Terry adalah sebagai berikut:

1.  hal-hal yang  berwujud maupun yang tidak berwujud,yang emosional maupun yang rasional perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan
2.     Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi
3. Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi,tetapi harus mementingkan kepentingan organisasi
4.     jarang sekali ada satu pilihan yang memuaskan (oleh karena itu selalu buatlah alternatif-alternatif tandingan)
5.     Penganbila keputusan itumerupakan tindakan mental.Dan tindaka mental ini kemudian harus dirubah menjadi tindakan fisik
6.     pengambilan keputusanyang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama
7.     Diperlukan pengambillan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
8.     Setiap keputusan hendaknya dilembagakan,agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul atau salah
9.     Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serrangkaian ata rantia kegiatan berikutnya.

Millet menyebutkan ada 3 faktor yang harus dipenuhi oleh pimpinan dalam mengambil keputusan yang tepat :

Pertama, kita harus memperhatikan perbedaan antara individu pria dan wanita,dimana pria umumnya lebih tegas(berani dan cepat mmengambil keputusan).Sedangkan wanita umumnya ragu-ragu.

Kedua, peranan bagi orang yang mengambil keputusan itu juga perlu diperhatikan.Kemampuan mengumpulkan data atau fakta yang cukup mendetail, kemampuan menganalisis dan menginterpretasi dengan mantap,kemampuan menggunakan konsep yang cukup luas tentang perilaku manusia secara fisik untuk memperkirakan perkembangan-perkembangan hari depan yang lebih baik

Ketiga, perlu kita menyadari adanya kemampuan yang terbatas dalam mengambil keputusan di bidang manajemen. keterbatasan ini dapat bersifat institusional dan dapat juga bersifat pribadi.

Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan diatas,dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan keputusan itu meliputi:
1.     Identifikasi masalah
2.     pengumpulan dan penganalisisan data
3.    pembuatan alternatif-alternatif kebijakan yang nantinya akan dijadikan alternatif-alternatif keputusan, dengan memperhatikan situasi lingkungan,
4.     memilih satu alternatif terbaik untuk dijadikan keputusan
5.     melaksanakan keputusan
6.     memantau dan mengevaluasi hasil pelaksanaan keputusan.


GAYA KEPEMIMPINAN


1.     KEPEMIMPINAN OTOKRATIK



2.     KEPEMIMPINAN DEMOKRATIF


3.     KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF



4.     KEPEMIMPINAN LAIZES FAIRE


SUMBER

1. SYAMSI, IBNU. 2007. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN SISTEM INFORMASI. JAKARTA: BUMI AKSARA
2. JOHN DKK. 1995. MANAJEMEN RAPAT YANG SUKSES. JAKARTA: MEGAPOIN
3. WINARDI. 2000. KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN. JAKARTA: RINEKA CIPTA